1.037 Guru Gugur dan Ribuan Siswa Tewas, Potret Suram Pendidikan di Gaza dan Tepi Barat
22 Oct 2025
0 Suka
Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi Palestina merilis laporan terbaru yang menggambarkan dampak luas agresi Israel terhadap sektor pendidikan di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Laporan ini mengungkap skala kehancuran yang tidak hanya menyasar fasilitas pendidikan, tetapi juga merenggut nyawa ribuan guru dan siswa, menandai krisis kemanusiaan yang mendalam di wilayah pendudukan.
Dalam pernyataan resminya dikutip Wafa News Agency pada Selasa (21/10/2025), kementerian melaporkan bahwa di Jalur Gaza dan Tepi Barat terdapat 1.037 guru dan administrator yang tewas serta 4.740 lainnya terluka.
Di antara mereka, lebih dari 228 orang di Tepi Barat ditangkap oleh pasukan pendudukan. Angka ini menunjukkan besarnya korban di kalangan tenaga pendidik yang selama ini menjadi tulang punggung sistem pendidikan Palestina.
Laporan yang sama mencatat sedikitnya 20.058 pelajar tewas dan 31.139 lainnya terluka sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023.
Di Jalur Gaza saja, jumlah pelajar yang menjadi korban jiwa mencapai lebih dari 19.910 orang, sementara 30.097 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan udara dan darat yang terus berlangsung.
Kementerian menyebut, di Tepi Barat situasinya juga memburuk. Sebanyak 148 pelajar dilaporkan tewas, 1.042 terluka, dan 846 lainnya ditangkap.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa kekerasan terhadap warga sipil, termasuk anak-anak sekolah, tidak terbatas pada Jalur Gaza, tetapi juga meluas ke wilayah-wilayah lain di bawah pendudukan.
Selain korban jiwa, kerusakan terhadap infrastruktur pendidikan juga signifikan. Otoritas pendidikan Palestina menyebutkan bahwa 63 gedung universitas dan 179 sekolah negeri di Jalur Gaza hancur total akibat serangan.
Sementara itu, sebanyak 118 sekolah negeri lainnya serta lebih dari 100 sekolah milik Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) juga menjadi sasaran bombardir dan mengalami kerusakan berat.
Agresi yang berkepanjangan ini bahkan membuat total 30 sekolah, beserta siswa dan guru-gurunya, terhapus dari data pendidikan nasional. Artinya, lembaga-lembaga pendidikan tersebut tidak lagi beroperasi dan komunitas pendidikannya lenyap sepenuhnya akibat perang.
Di Tepi Barat, penghancuran fasilitas pendidikan terus berlanjut. Pasukan pendudukan dilaporkan menghancurkan Sekolah Dasar Amira di Yatta, wilayah selatan Hebron, serta Sekolah Dasar Aqaba di Tubas.
Selain itu, delapan universitas dan kampus juga menjadi target serangan dan penggerebekan oleh pasukan Israel, menambah daftar panjang kerusakan yang menimpa dunia pendidikan Palestina.
Laporan Kementerian Pendidikan dan Pendidikan Tinggi Palestina ini menegaskan bahwa agresi tidak hanya memakan korban jiwa, tetapi juga menghancurkan fondasi masa depan generasi muda Palestina.
Dunia pendidikan, yang seharusnya menjadi ruang aman bagi pembelajaran dan pembangunan manusia, kini berubah menjadi salah satu sektor paling terdampak dalam konflik yang masih terus berlangsung. (nun/avi)