Israel Bebaskan 2.000 Tahanan Palestina dalam Pertukaran 48 Sandera
11 Oct 2025
0 Suka

Otoritas Israel tengah memasuki fase baru dalam dinamika konflik berkepanjangan dengan Palestina melalui pelaksanaan perjanjian gencatan senjata yang mencakup pertukaran tahanan dalam skala besar.
Siaran pers publik Israel, KAN, melaporkan bahwa sekitar 2.000 tahanan Palestina — termasuk 250 orang yang menjalani hukuman seumur hidup dan 1.700 lainnya yang ditahan di Gaza sejak pecahnya perang pada Oktober 2023 — akan dibebaskan dengan imbalan 48 sandera Israel.
Menurut laporan tersebut, langkah awal proses ini ditandai dengan pemindahan para tahanan ke dua fasilitas penahanan utama di Israel. Para tahanan yang akan dibebaskan ke Jalur Gaza atau dideportasi melalui perbatasan Rafah telah dipindahkan ke Penjara Ketziot di wilayah gurun Israel selatan.
Sementara itu, mereka yang berasal dari Tepi Barat telah dipindahkan ke Penjara Ofer yang berlokasi di sebelah barat Ramallah. Pemindahan ini menjadi bagian dari tahapan teknis sebelum pertukaran resmi dilakukan dalam kerangka gencatan senjata Gaza.
Kementerian Kehakiman Israel, pada hari Jumat, menerbitkan daftar 250 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup dan akan masuk dalam daftar pembebasan.
Namun, pihak Kantor Media Tahanan Palestina, yang berafiliasi dengan Hamas, membantah telah terjadi kesepakatan final terkait nama-nama yang termasuk dalam skema pertukaran tersebut. Ketegangan administratif ini menunjukkan masih adanya dinamika di balik proses yang tengah berjalan di tengah tekanan politik dan kemanusiaan yang meningkat.
Fase pertama dari perjanjian gencatan senjata Gaza diberlakukan pada Jumat siang waktu setempat, tepat pukul 09.00 GMT. Dalam tahap awal ini, pasukan Israel melakukan penarikan secara bertahap ke garis kuning pada sore hari, menandai dimulainya periode 72 jam yang diperuntukkan bagi proses pertukaran tahanan dan sandera.
Sementara itu, fase kedua dari rencana tersebut dilaporkan mencakup agenda yang lebih kompleks, yakni pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan keamanan gabungan yang terdiri dari warga Palestina bersama unsur pasukan dari negara-negara Arab dan Islam, serta proses pelucutan senjata terhadap kelompok Hamas.
Proses ini terjadi di tengah situasi kemanusiaan yang sangat berat di Gaza. Sejak pecahnya perang pada Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 67.200 warga Palestina, sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak.
Infrastruktur wilayah itu hancur, dan banyak wilayah yang dinyatakan tidak layak huni. Gencatan senjata dan pertukaran tahanan ini diharapkan menjadi titik awal untuk menurunkan eskalasi kekerasan, meskipun masa depan politik dan keamanan kawasan tetap penuh ketidakpastian.