Jenderal Israel Akui Kegagalan Mereka Tak Mampu Tundukkan Perlawanan Palestina
09 Oct 2025
0 Suka

Perang berkepanjangan di Jalur Gaza kembali menyingkap kelemahan fundamental dalam strategi militer Israel. Seorang mantan pejabat tinggi militer Israel, Mayor Jenderal (Purn) Yizthak Brick, secara terbuka menyampaikan penilaian kritis bahwa meskipun telah mengerahkan seluruh kekuatan militernya, Israel tetap tidak mampu mematahkan perlawanan Palestina.
Pernyataan terbuka Yizthak Brick ini menandai peringatan serius dari kalangan internal Israel sendiri mengenai jalan buntu yang sedang dihadapi negara itu.
Dalam wawancaranya yang dikutip Middle East Monitor, Rabu (8/10/2025), Brick menyebut bahwa Israel telah mencapai “titik tidak bisa kembali” dalam perang di Jalur Gaza.
Yizthak Brick menegaskan bahwa seluruh daya tempur telah digerakkan namun tidak menghasilkan capaian strategis berarti. “Militer Israel telah menghabiskan energinya tanpa mampu mematahkan perlawanan Palestina,” ujarnya.
Brick mengungkapkan bahwa selama dua tahun konflik berlangsung, Israel gagal memenuhi satu pun dari tujuan strategis yang telah dicanangkan. Menurutnya, masyarakat Israel telah disesatkan oleh propaganda politik dan militer yang berulang kali mengklaim kemenangan sudah dekat.
Ia menyebut bahwa sesungguhnya Israel kini justru terperosok ke dalam perang atrisi panjang yang mengancam stabilitas internalnya sendiri.
Lebih jauh, Brick menjelaskan bahwa tujuan utama Israel seperti menghancurkan Hamas, memulihkan efek pencegahan, dan menjamin keamanan permukiman perbatasan tidak pernah tercapai.
Ia mengungkapkan hanya sekitar 20 persen jaringan terowongan Hamas yang berhasil dihancurkan. Padahal, infrastruktur tersebut merupakan komponen penting kekuatan militer kelompok perlawanan Palestina itu.
Penilaian yang menyebut Hamas hampir kalah juga ditegaskan Brick sebagai tidak benar dan menyesatkan. Berdasarkan laporan keamanan internal Israel, Hamas justru telah berhasil membangun kembali kekuatan militernya dan kini memiliki lebih dari 30.000 petempur aktif.
Brick juga menyoroti ketergantungan besar Israel pada serangan udara. Menurutnya, kekuatan udara semata tidak cukup untuk memenangkan perang.
“Pasukan darat menderita karena kurangnya kesiapan dan organisasi. Perang saat ini dilancarkan tanpa rencana strategis yang jelas,” kata Brick.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetap mempertahankan sikap keras terhadap Hamas. Dalam pernyataannya yang dirilis kantor perdana menteri, Selasa (7/10) waktu setempat, Netanyahu menyatakan tekad untuk menghapus kekuasaan Hamas di Gaza.
“Kita berada di hari-hari yang menentukan. Kita akan terus bertindak untuk mencapai semua tujuan perang: memulangkan semua korban penculikan, menghapuskan kekuasaan Hamas, dan memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi Israel,” tegasnya.
Sementara itu, pihak Hamas menyampaikan tuntutan politik dalam perundingan tidak langsung dengan Israel di Mesir. Negosiator utama Hamas, Khalil El-Hayya, meminta jaminan dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan negara-negara sponsor bahwa perang akan benar-benar berakhir.
“Kami tidak mempercayai pendudukan, bahkan sedetik pun,” ujarnya kepada Al-Qahera News. Ia menuduh Israel telah dua kali melanggar kesepakatan gencatan senjata selama perang berlangsung.
Konflik yang telah berlangsung selama dua tahun ini menunjukkan eskalasi yang tak kunjung mereda. Peringatan dari kalangan militer Israel sendiri memperlihatkan krisis strategis di tubuh pemerintahan Tel Aviv, sementara pihak Palestina tetap mempertahankan posisinya di tengah tekanan militer besar-besaran. (ain/avi)