Usai Ditahan Militer Israel, Greta Thunberg Balas Ejekan Trump dengan Sindiran Tajam
08 Oct 2025
0 Suka

Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, kembali menarik perhatian publik dunia setelah melontarkan sindiran tajam kepada mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Pernyataannya menjadi viral di tengah sorotan terhadap penahanan dirinya oleh otoritas Israel ketika mengikuti misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla, armada pembawa bantuan bagi warga Gaza.
Melalui unggahan di akun Tiktok-nya, Greta menanggapi komentar Trump yang menuding dirinya “pemarah” dan “pembuat onar” dengan gaya sarkas khasnya.
“Saya menghargai kepeduliannya terhadap kesehatan mental saya,” tulis Greta. Ia menambahkan dengan nada sinis, “Saya juga dengan senang hati menerima rekomendasi apa pun dari Trump untuk mengatasi masalah manajemen amarah, karena, berdasarkan rekam jejaknya, sepertinya beliau juga perlu mengunjungi dokter yang sama.”
Ungkapan tersebut dengan cepat menyebar luas di media sosial, menuai dukungan besar dari publik internasional. Banyak warganet memuji keberanian Greta yang tetap lantang menyuarakan sikap kritis terhadap sosok sekuat Trump, bahkan setelah ia mengalami penahanan dan deportasi.
Sebelumnya, Trump dalam wawancara di Gedung Putih menyebut Greta sebagai “pembuat onar yang tidak lagi peduli pada lingkungan” dan menudingnya memiliki “masalah manajemen amarah.” Komentar ini menimbulkan kecaman dari banyak pihak karena dinilai tidak pantas, terutama mengingat konteks kemanusiaan yang sedang terjadi.
Saat itu, lebih dari 450 aktivis internasional, termasuk politisi dan pekerja kemanusiaan, ditahan di kapal Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan makanan, obat-obatan, dan air bersih bagi warga Gaza yang terjebak blokade Israel.
Perseteruan verbal antara Greta Thunberg dan Donald Trump bukanlah hal baru. Sejak Greta berpidato tegas di Sidang Umum PBB pada 2019 mengenai kegagalan para pemimpin dunia dalam menangani krisis iklim, Trump beberapa kali melontarkan sindiran terhadapnya.
Kala itu, Trump menulis ejekan di media sosial dengan menyebut Greta sebagai “gadis muda yang sangat bahagia menantikan masa depan cerah.”
Greta kemudian membalas secara elegan dengan mengganti bio media sosialnya menggunakan kalimat yang sama, menjadikannya simbol perlawanan halus terhadap kekuasaan yang meremehkan idealisme generasi muda.
Pada 2020, ketika Trump kalah dalam pemilihan presiden, Greta kembali melontarkan sindiran, “Donald harus belajar mengendalikan amarahnya, lalu menonton film yang bagus bersama teman-temannya. Tenang saja, Donald, tenang.”
Kini, beberapa tahun kemudian, perseteruan simbolik itu muncul kembali, namun dengan konteks yang lebih luas. Greta tidak lagi hanya berbicara tentang iklim, tetapi juga tentang keadilan kemanusiaan global.
Sebagai aktivis yang kini aktif membela hak-hak rakyat Palestina, Greta menggunakan platformnya untuk menyoroti kemunafikan politik global terhadap penderitaan Gaza.
Sindiran terbarunya kepada Trump mencerminkan bukan sekadar ejekan pribadi, melainkan bentuk penegasan moral atas kegagalan para pemimpin dunia dalam menggunakan empati dan nalar sehat di tengah tragedi kemanusiaan yang masih berlangsung. (ain/avi)