Gaza Kembali Berduka, Anak dan Keluarga Palestina Jadi Korban Serangan Udara
04 Oct 2025
0 Suka

Serangan udara Israel kembali mengguncang Jalur Gaza, menambah panjang daftar korban jiwa dari kalangan warga sipil. Dalam laporan terbarunya, Al Jazeera mengabarkan bahwa seorang anak tewas akibat tembakan drone di kawasan Ansar, barat Kota Gaza.
Peristiwa itu terjadi di tengah intensitas serangan yang terus meningkat sejak Kamis, 2 Oktober 2025, dan menandai berlanjutnya penderitaan warga Palestina di tengah situasi yang kian memburuk.
Menurut laporan media tersebut, serangan udara dan drone Israel menargetkan permukiman penduduk, menewaskan sedikitnya 53 orang. Di kamp pengungsi Bureij, seorang pria Palestina bersama istrinya turut menjadi korban akibat serangan serupa.
Sementara di wilayah selatan Deir el-Balah, satu orang dilaporkan tewas dan lebih dari sepuluh lainnya luka-luka akibat hantaman udara yang menghancurkan sebagian besar area pemukiman.
Kekerasan juga terjadi di Khan Younis. Delapan orang dilaporkan luka-luka setelah drone Israel membom tenda pengungsi di dalam kompleks Universitas Al Aqsa di al-Mawasi, wilayah yang sebelumnya dinyatakan Israel sebagai “zona aman”.
Sumber medis yang dikutip Al Jazeera menyebutkan bahwa sembilan orang tewas dan 13 lainnya terluka dalam serangan yang menyasar kamp pengungsi di Jalur Gaza bagian tengah.
Di lingkungan al-Rimal, Kota Gaza, serangan udara Israel menewaskan satu orang dalam sebuah pertemuan warga. Di kamp pengungsi Shati, satu warga meninggal akibat serangan yang menghancurkan rumahnya, sementara di al-Zeitoun, serangan drone kembali menewaskan satu orang.
Laporan Anadolu menambahkan, serangan udara di Gaza City juga menewaskan satu warga sipil dan melukai beberapa lainnya. Di lingkungan Sabra, seorang perempuan dilaporkan meninggal dunia setelah rumahnya menjadi sasaran bom udara. Pada hari yang sama, lima orang tewas dan 37 lainnya luka-luka dalam serangan di bagian timur dan barat kota.
Jumlah korban tewas di Gaza terus meningkat. Data terakhir menunjukkan sekitar 2.600 warga Palestina terbunuh ketika berusaha mencari makanan di tengah kelaparan yang disebabkan oleh blokade Israel. Sekitar 19 ribu lainnya menderita luka-luka. Kondisi ini semakin memperparah krisis kemanusiaan yang telah berlangsung selama lebih dari dua tahun.
Pemerintah Israel mempertegas ancaman terhadap warga Gaza. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menulis di platform X pada Rabu, 1 Oktober, bahwa siapa pun yang bertahan di Gaza City akan dianggap sebagai teroris atau pendukung terorisme. Ia menegaskan bahwa perintah evakuasi merupakan kesempatan terakhir sebelum Israel melancarkan serangan penuh terhadap wilayah tersebut.
Serangan masif ini mengikuti keputusan pemerintah Israel pada 8 Agustus 2025 untuk menyetujui rencana Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menduduki kembali Jalur Gaza secara bertahap, dimulai dari Kota Gaza yang dihuni sekitar satu juta jiwa. Operasi tersebut menyebabkan ribuan rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan hancur, sementara puluhan ribu warga mengungsi ke wilayah selatan yang ironisnya juga menjadi sasaran serangan.
Sejak Oktober 2023, pemboman Israel telah menewaskan lebih dari 66.200 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak. Badan-badan PBB serta organisasi hak asasi manusia berulang kali memperingatkan bahwa Gaza kini berada di ambang kehancuran total, dengan kelaparan dan penyakit yang menyebar cepat menjadikannya hampir mustahil untuk dihuni lagi. (ain/avi)