Komisaris Jenderal UNRWA Lazzarini: Setiap Hari 100 Warga Palestina Tewas di Gaza
02 Oct 2025
0 Suka

Konflik berkepanjangan di Gaza terus menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar, menciptakan tragedi kemanusiaan yang belum menunjukkan tanda mereda. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menegaskan bahwa penderitaan rakyat Palestina harus didengar dan ditanggapi secara serius oleh komunitas internasional.
“Penderitaan ini harus didengar dan ditanggapi,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini melalui pernyataan resmi di platform X, Rabu (1/10/2025). Ia menekankan bahwa rata-rata 100 orang meninggal setiap hari di Gaza akibat operasi militer Israel atau penembakan di titik distribusi bantuan. Selain itu, korban jiwa juga bertambah akibat kelaparan serta terbatasnya akses layanan medis.
Sejak Oktober 2023, UNRWA mencatat lebih dari 66.100 warga Palestina tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Situasi ini menjadikan Gaza tidak layak huni dan memicu krisis kelaparan massal.
Pada 27 Mei 2025, Israel memperkenalkan skema distribusi bantuan baru melalui Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung Amerika Serikat. Skema tersebut mengurangi peran PBB dan organisasi kemanusiaan internasional lainnya. Namun, sejak kebijakan itu berjalan, hampir 2.600 orang meninggal dan 19.000 lainnya terluka akibat tembakan pasukan Israel saat berusaha mendapatkan bantuan di titik distribusi.
“Jumlah korban yang terus meningkat justru memicu sikap acuh tak acuh yang meluas,” lanjut Lazzarini, seraya menekankan pentingnya pendokumentasian menyeluruh atas kejahatan yang terjadi serta mendesak penghentian segera serangan melalui gencatan senjata.
Dalam pertemuan terpisah di sela Munich Leaders Meeting di Arab Saudi, Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty menyampaikan dukungan berkelanjutan bagi UNRWA. Menurut pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Mesir, Abdelatty menekankan perlunya dukungan politik dan finansial terhadap lembaga tersebut, sekaligus mendesak komunitas internasional menekan Israel agar membuka akses konvoi bantuan kemanusiaan. Situasi kelaparan yang terjadi, menurutnya, merupakan akibat langsung dari kebijakan blokade yang diberlakukan Israel.
Tekanan terhadap UNRWA semakin besar sejak Israel memutuskan untuk menghentikan seluruh operasinya di Tepi Barat dan Gaza pada Oktober 2024, setelah parlemen Knesset menyetujui langkah tersebut. Keputusan ini menyusul tuduhan terhadap sejumlah staf UNRWA yang diduga terlibat dalam serangan pada 7 Oktober 2023.
UNRWA, yang berdiri sejak peristiwa Nakba Palestina pada tahun 1948, kini masih menjalankan mandatnya dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada sekitar 5,9 juta pengungsi Palestina. Wilayah cakupan bantuan meliputi Gaza, Tepi Barat, Yordania, Suriah, dan Lebanon.
Kondisi yang digambarkan oleh Lazzarini dan didukung pernyataan diplomatik Mesir menunjukkan bahwa krisis di Gaza tidak hanya menuntut perhatian kemanusiaan, tetapi juga dukungan politik global. Seruan untuk gencatan senjata kembali mengemuka di tengah meningkatnya korban jiwa dan runtuhnya akses bantuan, menjadikan penderitaan rakyat Palestina sebagai isu mendesak yang harus ditangani dunia internasional.