Pendidikan Anak Gaza Harus Jadi Prioritas Perdamaian Internasional
01 Oct 2025
0 Suka

Pendidikan anak-anak Palestina harus menjadi bagian sentral dalam setiap upaya perdamaian untuk mengakhiri perang di Gaza. Pernyataan ini disampaikan oleh Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, sebagai penekanan atas pentingnya hak anak-anak dalam situasi konflik.
Lazzarini menegaskan bahwa rencana perdamaian yang diusulkan harus memprioritaskan pemulihan pendidikan bagi lebih dari 660.000 anak yang kehilangan akses belajar selama tiga tahun terakhir.
“Pendidikan anak-anak harus menjadi bagian dari perjanjian apa pun untuk mengakhiri perang di Gaza. Rencana yang diusulkan harus memberikan harapan bagi lebih dari 660.000 anak yang kehilangan pendidikan selama tiga tahun terakhir,” tulis Lazzarini dalam pernyataannya pada platform X, Selasa (30/9/2025).
Ia menambahkan bahwa pemulihan pendidikan harus menjadi tanggung jawab bersama dunia internasional demi menciptakan perdamaian dan stabilitas jangka panjang.
UNRWA memiliki pengalaman, infrastruktur, dan pengetahuan untuk mendukung pemulihan pendidikan formal bagi anak-anak di Jalur Gaza, terutama jika gencatan senjata dapat tercapai.
Lazzarini menekankan bahwa sebelum konflik terbaru, badan PBB ini menyediakan pendidikan bagi lebih dari 300.000 anak melalui sekolah-sekolahnya. Namun, agresi yang berlangsung lebih dari dua tahun telah menghancurkan sebagian besar sekolah, fasilitas pengungsian, serta sarana belajar, sehingga sistem pendidikan lumpuh total.
Dampak dari hilangnya akses pendidikan bagi anak-anak Gaza tidak hanya bersifat akademik, tetapi juga sosial dan psikologis. Anak-anak yang kehilangan pendidikan berisiko menjadi korban eksploitasi, kehilangan peluang ekonomi, dan terpapar ideologi ekstremisme.
Lazzarini menekankan bahwa perlindungan mandat UNRWA harus menjadi prioritas bagi negara-negara anggota PBB, agar badan ini tetap mampu memberikan dampak nyata terhadap kehidupan dan masa depan generasi muda Palestina.
Kehilangan akses pendidikan merupakan salah satu luka tambahan dalam krisis kemanusiaan yang lebih luas. Agresi penjajah Israel telah merenggut ribuan nyawa warga sipil dan memicu gelombang pengungsian yang luas, sementara blokade membatasi pasokan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Dalam kondisi ini, pendidikan menjadi salah satu instrumen kritis untuk membangun ketahanan, memberikan harapan, dan menyiapkan generasi baru yang mampu berkontribusi pada perdamaian di masa depan.
Dunia internasional terus menyerukan gencatan senjata dan penghentian blokade sebagai langkah awal untuk memungkinkan pemulihan pendidikan di Gaza.
Lazzarini menegaskan bahwa setiap upaya untuk mengakhiri konflik tanpa memperhatikan hak belajar anak-anak akan gagal mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Pendidikan, menurutnya, bukan hanya hak dasar anak-anak, tetapi juga fondasi bagi stabilitas dan rekonstruksi masyarakat yang hancur akibat perang. (ain/avi)