Anak Palestina 12 Tahun Luka Parah Ditabrak Kendaraan Militer Israel di Jericho
29 Sep 2025
0 Suka

Gelombang kekerasan yang menimpa warga Palestina di Tepi Barat kembali menambah daftar panjang penderitaan yang mereka alami di bawah pendudukan militer Israel. Peristiwa terbaru yang dilaporkan pada Minggu, 28 September 2025, menyentuh perhatian publik internasional karena melibatkan seorang anak yang menjadi korban langsung dalam insiden lalu lintas militer.
Palang Merah Palestina (PRCS) mengonfirmasi bahwa seorang anak laki-laki berusia 12 tahun terluka parah setelah ditabrak kendaraan militer Israel di kota Jericho.
“Korban segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan,” demikian keterangan resmi PRCS yang dikutip Gulf Times. Insiden ini kembali memunculkan sorotan terhadap kondisi rawan yang dihadapi anak-anak Palestina di wilayah konflik.
Selain insiden di Jericho, rangkaian aksi militer Israel juga terjadi di sejumlah kota lain di Tepi Barat. Di Beitunia, sebelah barat Ramallah, pasukan Israel melakukan penggerebekan yang berujung pada penangkapan tiga warga Palestina.
Sumber keamanan Palestina melaporkan bahwa operasi tersebut menambah jumlah penahanan yang dilakukan sejak meningkatnya ketegangan pasca serangan besar Israel di Gaza pada Oktober 2023.
Dalam peristiwa terpisah, pemukim Israel dilaporkan menyerang secara brutal seorang anak di daerah Ein Jariot dekat Beitunia. Korban mengalami luka parah hingga tak sadarkan diri sebelum akhirnya dibawa ke rumah sakit.
Aksi kekerasan ini menegaskan masih tingginya risiko yang dihadapi warga sipil, termasuk anak-anak, akibat benturan antara pemukim dan penduduk lokal di wilayah pendudukan.
Sementara itu, di Yerusalem Timur, pasukan Israel melakukan serbuan ke kota Kafr Aqab di bagian utara. Dalam operasi tersebut, pasukan menembakkan gas air mata untuk membubarkan warga.
Hingga kini belum ada laporan mengenai jumlah korban luka. Namun, operasi itu menambah catatan eskalasi tindakan represif di kawasan yang terus dipantau masyarakat internasional.
Ketegangan di Tepi Barat sendiri telah meningkat tajam sejak akhir 2023, bersamaan dengan serangan besar-besaran Israel ke Jalur Gaza. Perluasan permukiman Israel serta operasi militer yang berulang di wilayah pendudukan disebut sebagai faktor utama yang memicu eskalasi kekerasan.
Kondisi tersebut menciptakan lingkaran ketidakamanan yang memengaruhi seluruh lapisan masyarakat, terutama kelompok rentan seperti anak-anak dan remaja.
Serangkaian peristiwa ini menegaskan realitas bahwa Tepi Barat tidak hanya menghadapi tekanan politik dan militer, tetapi juga krisis kemanusiaan yang semakin dalam.
Warga sipil yang menjalani kehidupan di bawah kontrol militer harus berhadapan dengan ketidakpastian, serangan mendadak, hingga kehilangan anggota keluarga. Situasi terbaru di Jericho, Beitunia, dan Yerusalem Timur memperlihatkan bagaimana dinamika konflik masih jauh dari penyelesaian.
Laporan insiden terbaru, khususnya keterlibatan anak-anak sebagai korban, memperkuat urgensi perlindungan terhadap warga sipil dalam konflik berkepanjangan ini. Dengan catatan kekerasan yang terus bertambah, komunitas internasional dihadapkan pada pertanyaan serius mengenai langkah-langkah efektif untuk menghentikan siklus penderitaan di wilayah pendudukan. (ain/avi)