Anak-Anak Gaza Paling Terdampak Luka Bakar Ekstrem, Temuan Studi Medis Internasional
26 Sep 2025
0 Suka

Warga sipil di Gaza kembali menjadi sorotan dunia medis internasional. Sebuah studi terbaru mengungkapkan fakta mengkhawatirkan bahwa anak-anak menjadi kelompok yang sangat terdampak oleh luka bakar ekstrem akibat serangan militer Israel.
Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam British Medical Journal (BMJ) dan menggambarkan kondisi darurat kemanusiaan yang semakin parah di wilayah tersebut.
Analisis yang dilakukan oleh panel 78 petugas medis garis depan menunjukkan bahwa pola cedera yang dialami warga Palestina serupa dengan cedera militer, padahal mereka adalah penduduk sipil.
“Studi ini menemukan bahwa anak-anak sangat terdampak oleh luka bakar ekstrem ini,” tulis laporan tersebut yang dilansir laman BMJ. Luka-luka yang dialami digambarkan sebagai luar biasa parah, menunjukkan penggunaan amunisi yang dirancang untuk menimbulkan kerusakan jaringan secara maksimal.
Data penelitian mencatat 23.726 kasus cedera terkait trauma sejak Agustus 2024 hingga Februari 2025. Dari total tersebut, 18 persen berupa luka bakar, dengan lebih dari satu dari 10 luka mencapai derajat empat—tingkatan terparah yang menembus semua lapisan jaringan hingga tulang.
Senjata peledak dilaporkan menyumbang dua pertiga dari semua cedera, terutama di kepala, dada, dan anggota tubuh. Sementara sisanya berasal dari luka tembak.
Laporan tersebut juga mencatat 2.325 cedera akibat senjata api. Banyak kasus terjadi pada anggota tubuh, memengaruhi pembuluh darah utama, hingga mengharuskan amputasi karena keterbatasan sumber daya medis.
“Tingginya proporsi luka tembak di kedua tungkai membuktikan militer Israel menembak warga sipil hingga cacat,” ujar Dr. Nidal Jboor dari Doctors Against Genocide.
Hampir empat dari sepuluh pasien dengan luka tembak dilaporkan mengalami cedera pada salah satu anggota tubuh, dan lebih dari seperempat terkena di kedua sisi tubuh. Sekitar 10 persen pasien lainnya menderita luka tembak di kepala.
Situasi ini digambarkan konsisten dengan pola trauma pada perang sipil Suriah, di mana warga sipil juga menjadi korban langsung serangan.
Dr. Victoria Rose, salah satu penulis studi, menegaskan bahwa temuan ini harus menjadi peringatan global. “Kesaksian langsung dari petugas kesehatan dan korban di Gaza telah terbukti. Temuan ini seharusnya membunyikan alarm di seluruh pemerintahan di seluruh dunia dan komunitas kemanusiaan,” katanya.
Penelitian ini juga menyoroti kondisi yang semakin diperburuk oleh malnutrisi. Blokade total Israel yang membatasi bantuan kemanusiaan membuat banyak korban tidak mendapatkan nutrisi memadai, sehingga penyembuhan luka menjadi tertunda. Kondisi tersebut bahkan menyebabkan kematian yang sebenarnya dapat dicegah.
Sebanyak 78 dokter yang menyusun laporan ini berasal dari 22 lembaga swadaya masyarakat di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan Uni Eropa. BMJ menilai artikel ini sebagai publikasi pertama yang menyajikan data sistematis berbasis laporan langsung tenaga medis garis depan terkait pola cedera di Gaza.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 65.500 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak. Pengeboman berkelanjutan serta blokade menyebabkan Gaza menjadi wilayah yang nyaris tak layak huni, diiringi kelaparan massal dan penyebaran penyakit.
Studi medis terbaru ini menegaskan bahwa dampak terbesar dari perang berkepanjangan jatuh pada warga sipil, khususnya anak-anak yang menghadapi luka bakar ekstrem dan trauma mendalam.