Krisis Pangan Gaza Memburuk, Ribuan Balita dan Ibu Hamil Derita Malnutrisi
10 Sep 2025
0 Suka

Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza kembali menunjukkan dampak paling tragis. Kementerian Kesehatan Gaza pada Rabu (10/9/2025) melaporkan jumlah korban meninggal akibat malnutrisi telah mencapai 404 orang, termasuk 141 anak-anak.
Dalam pernyataannya, otoritas kesehatan menjelaskan perkembangan terbaru. “Dalam 24 jam terakhir Kementerian Kesehatan Gaza telah mencatat lima kematian akibat kelaparan dan malnutrisi, salah satunya adalah anak-anak. Dengan demikian, total korban jiwa menjadi 404, termasuk 141 anak,” demikian bunyi laporan resmi tersebut.
Sepanjang Agustus 2025 saja, tercatat 185 orang meninggal akibat kelaparan. Angka ini disebut sebagai jumlah tertinggi dalam sebulan sejak Israel memperketat pengepungan mulai Maret tahun ini. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran mendalam karena populasi rentan di Gaza terus bertambah.
Otoritas setempat merinci jumlah kelompok paling terdampak. “Saat ini terdapat 43.000 balita dan lebih dari 55.000 ibu hamil dan menyusui menderita malnutrisi,” kata pernyataan Kementerian Kesehatan Gaza.
Situasi tersebut mendapat perhatian internasional. Pada 22 Agustus 2025, Program Pangan Dunia PBB (WFP) untuk pertama kalinya mengonfirmasi bahwa Jalur Gaza telah mencapai tingkat bencana kelaparan sejak awal konflik pada 2023.
Merujuk pada Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), WFP menjelaskan adanya lima fase malnutrisi, dengan fase 3 hingga 5 menunjukkan kondisi krisis.
“Analisis terbaru menunjukkan bahwa kondisi di Jalur Gaza cukup untuk dinyatakan sebagai kategori kelaparan paling ekstrem,” sebut WFP dalam laporan terbarunya.
Proyeksi ke depan memperlihatkan situasi yang semakin genting. Pada akhir September 2025, lebih dari 640.000 orang di seluruh wilayah Palestina diperkirakan menghadapi tingkat bencana kerawanan pangan, yang dikategorikan sebagai Fase 5 atau kondisi terburuk.
Krisis ini semakin parah setelah Israel menolak bekerja sama dengan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), lembaga yang selama puluhan tahun bertugas menyalurkan bantuan.
Akibatnya, ratusan pusat distribusi UNRWA ditutup dan digantikan dengan empat pusat distribusi yang kini dikelola Dana Kemanusiaan Gaza dengan dukungan Amerika Serikat dan Israel.
Otoritas Gaza juga mengungkapkan bahwa pasukan Israel kerap melakukan serangan terhadap warga Palestina yang mengantre untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan. Laporan tersebut menambah gambaran suram atas situasi kelaparan yang kini melanda salah satu wilayah paling padat di dunia.