PBB Peringatkan Kehancuran Sistem Air Gaza Bisa Picu Ancaman Wabah Mematikan
05 Dec 2025
0 Suka
Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza kembali menjadi sorotan dunia seiring laporan terbaru dari sejumlah pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Situasi yang memburuk sejak agresi Israel dimulai kini memasuki fase yang dinilai paling kritis, terutama terkait akses air bersih yang merupakan kebutuhan dasar bagi kelangsungan hidup warga sipil.
PBB menegaskan bahwa kehancuran infrastruktur air telah mencapai tingkat yang mengancam keselamatan penduduk secara luas.
Pelapor Khusus PBB untuk Hak atas Air Minum dan Sanitasi, Prof. Pedro Arrojo-Agudo, menyampaikan bahwa sekitar 90 persen stasiun air di Gaza telah hancur sejak serangan dimulai.
“Krisis air akut yang terjadi saat ini berpotensi berubah menjadi bencana kemanusiaan besar,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Ia menjelaskan bahwa kerusakan tersebut tidak hanya memutus suplai air bagi ratusan ribu keluarga, tetapi juga meningkatkan risiko kontaminasi yang dapat memicu penyebaran penyakit mematikan. Arrojo-Agudo menegaskan bahwa kondisi di lapangan tetap memburuk meskipun gencatan senjata diumumkan.
UNICEF memperkuat gambaran ini melalui laporan Perwakilan Khususnya untuk Palestina, Jonathan Veitch, yang menggambarkan situasi Gaza sebagai “bencana menyeluruh”.
Dalam jumpa pers, Veitch menyoroti dampak cuaca dingin yang menimpa anak-anak dan keluarga yang kini hidup tanpa perlindungan layak.
Ia menyatakan bahwa penghentian sementara serangan tidak serta-merta memperbaiki kondisi kemanusiaan yang sudah terpuruk. Menurutnya, bantuan darurat tetap diperlukan untuk mengurangi tekanan yang dialami warga Gaza di tengah keruntuhan infrastruktur dasar.
PBB juga menyoroti penggunaan air sebagai instrumen tekanan terhadap penduduk Gaza. Arrojo-Agudo menjelaskan bahwa tindakan penargetan fasilitas vital dan pelarangan masuknya bahan bakar telah membuat sumur, instalasi desalinasi, dan jaringan distribusi air tidak berfungsi.
Situasi ini menyebabkan meningkatnya paparan warga terhadap air terkontaminasi, menciptakan risiko kesehatan yang serius di wilayah yang telah lama mengalami keterbatasan sanitasi.
Ancaman penyakit menular, termasuk kolera, kini menjadi perhatian utama lembaga internasional. Dalam kondisi minim air bersih, sanitasi yang runtuh, dan fasilitas kesehatan yang tidak berfungsi optimal, potensi penyebaran wabah dinilai sangat tinggi. PBB menegaskan bahwa tidak terlihat tanda-tanda perbaikan signifikan di lapangan meskipun berbagai seruan gencatan senjata telah disampaikan oleh komunitas internasional.
Agresi yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 telah menimbulkan dampak destruktif yang sangat luas. Laporan resmi mencatat lebih dari 238.000 warga Palestina gugur dan terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Lebih dari 9.000 orang dinyatakan hilang, sementara ratusan ribu lainnya terdorong mengungsi akibat serangan berkelanjutan yang disertai kelaparan dan kehancuran infrastruktur esensial.
Di tengah keterisolasian, anak-anak menjadi kelompok yang paling terpapar risiko. Mereka menghadapi kombinasi ancaman berupa cuaca dingin, kekurangan air bersih, meningkatnya penyakit menular, dan keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan. Situasi ini menempatkan Gaza pada titik kritis yang disebut PBB sebagai salah satu potensi krisis kemanusiaan terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Komunitas internasional terus menyuarakan kecaman terhadap tindakan yang dinilai melanggar hukum humaniter internasional, termasuk penghancuran fasilitas sipil, pemutusan pasokan air, dan penggunaan kelaparan terhadap penduduk sipil. Seruan global untuk menghentikan agresi dan memulihkan akses dasar bagi warga Gaza kembali menguat seiring memburuknya kondisi di lapangan. (nun/avi)