Pastor Katolik Palestina: Upaya Melucuti Senjata Palestina Pasti Gagal
26 Nov 2025
0 Suka
Suara moral dari Palestina kembali menegaskan posisi mereka terhadap arah penyelesaian krisis di Jalur Gaza. Salah satu yang paling menonjol adalah pandangan Pastor Katolik Palestina, Manuel Musallam, yang menilai bahwa upaya internasional untuk menekan atau menghapus keberadaan perlawanan bersenjata di Gaza justru berpotensi menghasilkan dampak berlawanan.
Menurutnya, keberlanjutan perlawanan tidak hanya akan memperdalam isolasi diplomatik terhadap ‘Israel’, tetapi juga mendorong proses hukum internasional yang dapat mengarah pada kekalahan politik dan moral bagi negara tersebut.
Pandangan tersebut ia sampaikan dalam pernyataan terbaru yang menegaskan kegagalan berbagai inisiatif dunia untuk melucuti senjata kelompok perlawanan Palestina.
Musallam, yang juga anggota Komite Islam-Kristen untuk Dukungan Yerusalem dan Situs Suci, menyatakan bahwa upaya semacam itu “pasti akan gagal,” karena senjata perlawanan tidak dapat direbut atau dipaksa menyerah oleh negara mana pun, termasuk Amerika Serikat.
Ia menyebut visualisasi masa depan Gaza tanpa perlawanan bersenjata, sebagaimana digagas Amerika Serikat, sebagai sebuah ilusi.
Dalam pernyataannya, ia menyatakan bahwa skenario tersebut tidak memiliki landasan nyata dan merupakan bentuk tekanan yang tidak akan menghasilkan perubahan strategis di lapangan.
Musallam menegaskan bahwa upaya semacam itu hanya memperpanjang kegagalan kebijakan yang bertujuan melemahkan hak rakyat Palestina untuk membela diri.
Dalam penjelasannya, Musallam menyampaikan bahwa fokus internasional seharusnya tidak diarahkan pada Gaza, melainkan kepada ‘Israel’ yang ia tuding melakukan “kejahatan perang dan genosida” terhadap warga Palestina.
Ia juga menyoroti peran Amerika Serikat yang menurutnya menjadi “mitra langsung” dalam penderitaan rakyat Palestina akibat dukungan militer dan politik yang terus mengalir ke Tel Aviv.
Lebih jauh, Musallam menekankan bahwa rakyat Palestina kini kehilangan kepercayaan tidak hanya kepada Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, tetapi juga terhadap sejumlah rezim Arab.
Ia menyampaikan bahwa setelah dua tahun perang berlangsung, ‘Israel’ tidak berhasil memperoleh rasa aman melalui operasi militer yang masif.
Menurutnya, keamanan sejati hanya dapat dicapai melalui pengakuan penuh terhadap hak-hak rakyat Palestina, bukan melalui penggunaan kekuatan atau kebijakan penghancuran.
Pastor Musallam menilai bahwa semakin lama perlawanan bersenjata bertahan, semakin besar tekanan internasional yang akan dihadapi ‘Israel’.
Tekanan tersebut, menurutnya, akan membuka jalan bagi tuntutan hukum internasional yang kelak dapat mengubah arah konflik dan mempercepat kekalahan strategis ‘Israel’.
Situasi di lapangan sejak Oktober 2023 menunjukkan eskalasi kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lebih dari 69.000 warga Palestina dilaporkan tewas dan lebih dari 170.000 lainnya terluka, termasuk mayoritas perempuan dan anak-anak.
Data terbaru menunjukkan lebih dari 90 persen bangunan di Gaza hancur, menjadikan wilayah tersebut salah satu zona paling terdampak di dunia modern.
Laporan juga menunjukkan bahwa pembongkaran rumah serta serangan terhadap infrastruktur sipil terus berlangsung meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata sementara, memperlihatkan bahwa dampak perang masih jauh dari berakhir. (nun/avi)