Turkiye Dorong Keadilan Gaza, Erdogan Tekankan Pentingnya Solidaritas Internasional untuk Palestina
24 Nov 2025
0 Suka
Panggung Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Johannesburg menjadi ruang penting bagi pemimpin dunia untuk menunjukkan arah komitmen mereka terhadap prinsip-prinsip keadilan internasional.
Pada momentum ini, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan menempatkan diri di garis depan dengan memberikan apresiasi terbuka terhadap langkah Afrika Selatan yang menggugat Israel di Mahkamah Internasional atas dugaan genosida di Gaza.
Ia menilai tindakan tersebut sebagai wujud keberanian negara-negara Global South dalam memperjuangkan keadilan, sembari menegaskan bahwa Turki akan melanjutkan dukungan diplomatik pada upaya serupa.
Erdogan menyampaikan bahwa Turkiye tetap konsisten membela hak-hak rakyat Palestina di berbagai forum internasional. Komitmen itu, menurutnya, termasuk dalam ruang G20 yang tahun ini untuk pertama kalinya diselenggarakan di benua Afrika.
Ia menyatakan bahwa solidaritas negara-negara Global, termasuk Indonesia, sangat berperan dalam mendorong penyelesaian krisis kemanusiaan di Gaza yang masih berlangsung. Dalam pernyataannya, ia menekankan perlunya penghentian kekerasan sekaligus percepatan distribusi bantuan kemanusiaan untuk meringankan penderitaan warga sipil.
Turkiye, kata Erdogan, berada dalam barisan negara berkembang yang terus menyuarakan pentingnya langkah konkret dalam meredakan situasi di Gaza. Ia menjelaskan bahwa negaranya telah mengirim lebih dari 103.000 ton bantuan kemanusiaan.
Ia menambahkan bahwa sikap tegas terhadap isu Palestina merupakan tanggung jawab moral bersama, khususnya bagi negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Di hadapan para pemimpin G20, ia menegaskan kembali bahwa perdamaian berkelanjutan di kawasan Timur Tengah tidak dapat dicapai tanpa berdirinya negara Palestina merdeka berdasarkan perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota.
Pernyataan tersebut sejalan dengan posisi Indonesia yang secara konsisten mendukung solusi dua negara serta menolak tindakan yang dinilai melanggar hukum internasional. Kesamaan pandangan ini turut menguatkan peran negara berkembang dalam mengawal isu kemanusiaan di tingkat global.
Erdogan juga menyoroti makna simbolis penyelenggaraan G20 pertama di Afrika. Menurutnya, hal ini menjadi peluang penting untuk memperkuat suara negara berkembang dalam percaturan ekonomi dan politik global.
Ia memberikan apresiasi atas partisipasi aktif negara-negara seperti Indonesia yang terus memajukan agenda inklusivitas, keberlanjutan, dan kerja sama Selatan–Selatan.
Selain isu Palestina, Presiden Turkiye menegaskan bahwa negaranya tetap berkomitmen dalam berbagai agenda global lain seperti perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan, dan perkembangan teknologi hijau. Agenda-agenda tersebut selama ini juga menjadi fokus Indonesia dalam kiprahnya di G20.
Di sela-sela KTT, Erdogan melakukan serangkaian pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara G20 dan organisasi internasional. Ia turut hadir dalam pertemuan MIKTA, kemitraan antara Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia yang tahun ini memasuki usia ke-12. Dalam forum tersebut, para pemimpin membahas penguatan multilateralitas dan koordinasi kebijakan di tengah ketidakpastian global.
Erdogan menyampaikan bahwa ia akan melanjutkan dialog dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah sebelumnya bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ankara. Ia menegaskan bahwa Turkiye tetap mendorong pengaktifan kembali jalur diplomasi, termasuk kemungkinan memulihkan koridor gandum di Laut Hitam yang sebelumnya berperan penting dalam stabilitas pasokan pangan dunia. (nun/avi)