Israel Usir Warga Gaza ke Afrika Selatan Gunakan Pesawat Carteran
17 Nov 2025
0 Suka
Sebuah insiden kemanusiaan yang mencengangkan terjadi ketika 153 warga Palestina tiba secara misterius di Afrika Selatan pada Kamis (13/11/2025). Mereka sempat terjebak selama lebih dari 12 jam di dalam pesawat sebelum diizinkan turun, lantaran tak memiliki stempel keberangkatan dari Israel di paspor mereka. Peristiwa ini membuka dugaan praktik pengusiran sistematis terhadap warga Gaza oleh otoritas Israel.
Founder organisasi kemanusiaan Gift of the Givers, Imtiaz Sooliman, menegaskan bahwa Israel tampaknya sedang mengusir orang-orang dari Gaza dan mengirim mereka menggunakan pesawat carteran tanpa memberi cap di paspor.
“Israel sengaja tak memberi cap di paspor orang-orang malang ini untuk memperparah penderitaan mereka di negara asing,” ujar Sooliman.
Ia menyebut warga Palestina yang tiba di Afrika Selatan benar-benar terpukul, terutama setelah dua tahun menghadapi genosida yang menghancurkan kehidupan mereka di Gaza.
Kejadian ini bermula saat pesawat carter yang dioperasikan maskapai Global Airways mendarat di Bandara Internasional OR Tambo, Johannesburg, sekitar pukul 08.00 waktu setempat.
Pesawat tersebut membawa 153 warga Palestina dari Gaza dan sempat transit di Nairobi, Kenya. Polisi perbatasan Afrika Selatan menahan para penumpang karena mereka tak dapat menunjukkan cap keberangkatan Israel maupun dokumen imigrasi yang lengkap.
Menurut Otoritas Manajemen Perbatasan Afrika Selatan (BMA), para penumpang juga tak bisa menunjukkan rencana tinggal maupun alamat akomodasi mereka di negara tersebut.
Awalnya, mereka ditolak masuk setelah gagal memenuhi persyaratan imigrasi. Namun, setelah organisasi Gift of the Givers menyatakan kesiapannya menampung dan membantu, Kementerian Dalam Negeri Afrika Selatan akhirnya mengizinkan mereka turun dari pesawat.
“Mengingat warga Palestina memenuhi syarat untuk perjalanan bebas visa selama 90 hari ke Afrika Selatan, mereka diproses seperti biasa,” kata BMA. Dari total 153 penumpang, 130 orang diizinkan masuk, sementara sisanya dialihkan ke negara lain.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, kemudian memerintahkan investigasi resmi atas kasus tersebut. “Mereka adalah orang-orang dari Gaza yang secara misterius dinaikkan ke pesawat dan tiba di sini tanpa dokumen apa pun,” ujarnya.
Ramaphosa menegaskan perlunya penyelidikan untuk mengetahui asal-usul dan motif di balik keberangkatan mereka.
Peristiwa serupa ternyata sudah pernah terjadi sebelumnya. Pada 28 Oktober lalu, pesawat lain yang mengangkut 176 warga Palestina juga mendarat di Johannesburg. Sebagian penumpangnya kemudian dipindahkan ke negara lain tanpa kejelasan.
“Keluarga dari kelompok pertama mengatakan kepada kami bahwa anggota keluarga lain akan segera datang dengan pesawat kedua,” kata Sooliman.
Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan adanya indikasi penipuan dan eksploitasi terhadap korban. Menurut Kedutaan Besar Palestina di Afrika Selatan, perjalanan tersebut diatur oleh organisasi tidak terdaftar bernama Al-Majd Europe yang memanfaatkan penderitaan warga Gaza. Organisasi itu dikabarkan mengumpulkan uang dan mengatur perjalanan mereka secara tidak bertanggung jawab.
Media Israel Haaretz melaporkan bahwa ada jaringan Israel-Estonia yang membayar warga Palestina hingga US$2.000 untuk meninggalkan Gaza.
Organisasi tersebut, yang memiliki kantor di Yerusalem Timur dan dukungan dari firma konsultan di Estonia, disebut bekerja sama dengan Direktorat Migrasi Sukarela di Kementerian Pertahanan Israel. Tujuannya: memfasilitasi “keberangkatan sukarela” warga Gaza ke berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Afrika Selatan.
Sejauh ini belum ada penjelasan resmi dari Israel. Namun, bagi banyak pihak, insiden ini mengungkap wajah baru dari penderitaan rakyat Palestina yang lagi lagi mengalami pengusiran diam-diam melalui jalur udara. (nun/avi)