Warisan Arafat Hidup Kembali, Peringatan 21 Tahun yang Menyatukan Perlawanan
12 Nov 2025
0 Suka
Dua puluh satu tahun sejak wafatnya Yasser Arafat, rakyat Palestina kembali menegaskan makna sejati dari warisan perjuangan yang ditinggalkan sang pemimpin legendaris. Pada Selasa (11/11/2025), ribuan warga Palestina memadati jalan-jalan di Ramallah dan berbagai kota di Tepi Barat untuk memperingati sosok yang hingga kini tetap menjadi simbol persatuan nasional dan perlawanan terhadap pendudukan Israel.
Peringatan itu berlangsung di Makam Arafat, Kompleks Kepresidenan Palestina, Ramallah. Sejumlah pejabat tinggi hadir, termasuk Wakil Presiden Hussein al-Sheikh dan Perdana Menteri Mohammad Mustafa, meletakkan karangan bunga di pusara Arafat. Sebuah penghormatan simbolis terhadap pemimpin yang wafat pada 11 November 2004 di Prancis.
Bagi rakyat Palestina, upacara ini bukan sekadar seremoni, melainkan ekspresi dari tekad kolektif untuk menjaga warisan perjuangan yang dirintis Arafat untuk menjaga persatuan dalam menghadapi pendudukan dan penjajahan.
Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Wasel Abu Youssef, dalam pernyataannya yang disiarkan kantor berita resmi WAFA, menegaskan kembali urgensi persatuan itu.
Wasel mengingatkan bahwa Yasser Arafat adalah sosok yang berhasil menyatukan seluruh elemen rakyat Palestina di bawah payung PLO dan meluncurkan revolusi kontemporer yang menjadi fondasi perjuangan hingga kini.
Abu Youssef memperingatkan keras terhadap segala upaya untuk mematahkan tekad rakyat Palestina maupun untuk memisahkan Jalur Gaza dari tubuh bangsa Palestina.
Ia menilai, setiap percobaan untuk memecah kesatuan ini merupakan bentuk pelemahan terhadap cita-cita kemerdekaan yang telah diperjuangkan selama puluhan tahun.
Peringatan wafatnya Arafat berlangsung di tengah situasi yang kembali memanas di Gaza. Meski gencatan senjata rapuh antara Israel dan kelompok perlawanan Palestina sempat diberlakukan sejak Oktober, laporan tentang serangan sporadis Israel masih terus bermunculan.
Pada hari yang sama dengan peringatan itu, beberapa warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan udara. Kondisi ini semakin memperkuat pesan Abu Youssef bahwa hanya dengan persatuan, Palestina dapat bertahan dari tekanan militer dan politik yang terus menekan.
Sementara itu, seruan serupa juga datang dari faksi Hamas. Melalui anggota Biro Politiknya, Husam Badran, Hamas menegaskan pentingnya membangun strategi perjuangan nasional terpadu.
Badran menyatakan bahwa semua faksi harus menanggalkan perbedaan internal demi menghadapi tantangan bersama dan mewujudkan cita-cita utama rakyat Palestina untuk pembebasan tanah air, kepulangan para pengungsi, serta penentuan nasib sendiri. Ia juga menambahkan bahwa komunikasi antar-faksi terus dijalin untuk merumuskan langkah-langkah bersama yang konkret demi kepentingan nasional.
Di jalanan Ramallah, rakyat menegaskan pesan itu dengan cara mereka sendiri. Ratusan orang berpartisipasi dalam pawai mengenang Arafat, membawa foto-fotonya dan mengibarkan bendera Palestina. Mereka menunjukkan bahwa loyalitas kepada perjuangan Arafat bukan sekadar nostalgia, tetapi bentuk kontinuitas dari semangat perlawanan.
Dua dekade setelah kepergiannya, sosok Arafat tetap hidup dalam kesadaran kolektif bangsa Palestina. Peringatan ini bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menegaskan arah masa depan, bahwa, perjuangan belum selesai, dan persatuan tetap menjadi kunci utama menuju kemerdekaan. (nun/avi)