109 Warga Sipil Gaza Gugur, Agresi Israel Bentuk Genosida Sistematis di Tengah Gencatan Senjata
31 Oct 2025
0 Suka
Kekerasan bersenjata di Jalur Gaza kembali mencatat babak paling kelam dalam sejarah kemanusiaan modern. Di tengah situasi gencatan senjata yang seharusnya menjadi ruang bagi pemulihan warga sipil, Israel melancarkan serangan udara yang menimbulkan korban besar.
Kantor Media Pemerintah di Jalur Gaza menyebut tindakan tersebut sebagai wujud kebrutalan yang belum pernah terjadi sebelumnya, menegaskan bahwa pasukan pendudukan tidak hanya melanggar hukum internasional, tetapi juga secara sadar menargetkan warga sipil.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis Rabu malam, lembaga itu mengecam keras penggunaan kebohongan dan disinformasi oleh Israel untuk membenarkan pembantaian terhadap warga Palestina.
Dalam serangan selama 12 jam, sebanyak 109 orang tewas, termasuk 52 anak-anak dan 23 perempuan. Kantor Media menyebut bahwa “narasi palsu dan menyesatkan” sengaja disebarkan untuk menutupi kejahatan perang yang terus berulang.
Laporan tersebut juga mengungkap bahwa Israel mempublikasikan daftar korban yang diklaim sebagai warga mereka sendiri guna membenarkan aksi militer. Namun, hasil verifikasi menunjukkan bahwa daftar tersebut berisi nama-nama duplikat, fiktif, bahkan beberapa di antaranya masih hidup.
Praktik ini, menurut lembaga itu, merupakan strategi propaganda untuk membentuk citra politik dan militer yang menguntungkan Israel di mata dunia internasional.
“Pendudukan Israel tidak mematuhi hukum humaniter internasional. Mereka terus menargetkan permukiman, rumah sakit, sekolah, dan tempat penampungan dengan alasan ‘pertahanan diri’, padahal mayoritas korban adalah anak-anak, perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas,” demikian isi pernyataan lembaga tersebut. Dalam pandangan Kantor Media Gaza, hal ini menunjukkan kebijakan pembunuhan yang disengaja dan sistematis.
Laporan itu juga menegaskan bahwa Israel bersama negara-negara pendukungnya memikul tanggung jawab penuh atas berlanjutnya genosida di Gaza. Komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB diminta segera mengambil langkah konkret untuk menghentikan agresi, menuntut pertanggungjawaban para pelaku kejahatan perang, dan mengungkap kampanye disinformasi yang digunakan untuk menutupi pelanggaran.
Serangan yang berlangsung antara Selasa malam hingga Rabu pagi menewaskan sedikitnya 104 warga sipil dan melukai 253 orang lainnya, termasuk 78 anak-anak dan 84 perempuan.
Sebagian besar korban mengalami luka serius akibat pengeboman langsung terhadap rumah dan kamp pengungsian—tindakan yang secara jelas melanggar perjanjian gencatan senjata yang disponsori Qatar, Mesir, dan Turki pada Oktober 2015 dalam rencana yang diusulkan Presiden AS kala itu, Donald Trump.
Dalam kurun dua tahun terakhir, agresi berulang di wilayah tersebut telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Selain korban jiwa, serangan ini juga menyebabkan kerusakan luas terhadap infrastruktur sipil dan mengakibatkan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Menutup pernyataannya, Kantor Media Pemerintah di Jalur Gaza mengecam kebisuan dunia internasional yang dianggap memberi ruang bagi Israel untuk terus melakukan kejahatan perang tanpa rasa takut terhadap hukum atau nilai-nilai kemanusiaan. (nun/avi)